Ungkapan Seorang Pemendam


Pertama kali kita bertemu, kedua, kali ketiga dan seterusnya, aku merasakan sesuatu yang dikatakan orang banyak, cinta. Satu yang dapat mewakili jutaan penjelasan yang dapat diungkapkan dalam kata kata, satu kata yang dapat membuat manusia kehilangan logika karenanya, dan satu kata yang dapat membuat seseorang berbunga bunga hatinya.

Namun, pertemuan itu hanyalah sebatas tatap muka, tanpa ada sepatah kata pun yang terucap. Aneh memang, hanya bertatap muka saja sudah berani berkata cinta. Tapi aku percaya, cinta datang pada pandangan pertama, tanpa bisa menjelaskan alasannya.

Seiring berjalannya waktu, perasaan ini semakin besar. Berharap agar engkau tahu yang sedang aku rasakan ini, tanpa ku beri tahu. Karena tak berdayanya diri ini untuk mengungkapkan, karena ku tahu mengungkapkan perasaan itu tak semudah seperti yang dibayangkan. Sampai akhirnya, aku memilih untuk memendamnya dalam dalam, dan rapat.

Semakin lama perasaan ini ku pendam, semakin perih sakit yang ku rasakan. Ingin sekali aku keluarkan semua isi hati ini, di tempat yang jauh tanpa seorang pun mengetahui. Agar semua penderitaan pergi, tak lagi membebani diri.

Mencintai dari salah satu sisi itu memang menyakitkan, karena sisi yang lain tidak tahu apa yang sedang kita rasakan. Ya, semua itu karena satu, memendam perasaan.

Ingin suatu hari nanti aku mengatakan  "aku mencintaimu" kepada engkau, tanpa mempedulikan jawaban apa yang akan engkau berikan. Setidaknya perasaan ini akhirnya berhasil aku ungkapkan kepada jiwa yang aku puja. Semua itu pasti akan ku lakukan jika andai saja aku memiliki keberanian untuk mengatakannya. ANDAI.

0 komentar:

Posting Komentar